Nama : NURFAZIMAH
Program Studi : MKH 2C
Mata Kuliah : PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA (PLB)
Dosen Pengampuh : Drs. Amirullah, M.Pd
Muh. Zainuddin Badollahi, S.Sos.,M.Si
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Program Studi : MKH 2C
Mata Kuliah : PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA (PLB)
Dosen Pengampuh : Drs. Amirullah, M.Pd
Muh. Zainuddin Badollahi, S.Sos.,M.Si
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa inggris , kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Makna tentang budaya dan kebudayaan tidak pernah lepas dari unsur-unsur
kebudayaan secara universal. Guru besar antropologi Universitas Indonesia
Koentjaraningrat membagi unsur kebudayaan universal ini menjadi tujuh bagian.
Yakni:
1. Bahasa
Suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan
sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasikan kebudayaan. Ada dua bentuk bahasa yaitu lisan dan tulisan.
2. Sistem pengetahuan
Unsur ini berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam
sekelilingnya dan sifat-sifat peralatan yang dipakainya. Sistem pengetahuan
meliputi ruang pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, waktu, ruang
dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, tubuh manusia.
Dimaknai sebagai sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa
satu dengan sesamanya. Organisasi sosial meliputi: kekerabatan, asosiasi dan
perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
Teknologi di sini dimaknai sebagai jumlah keseluruhan teknik
yang dimiliki oleh para anggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara
bertindak dan berbuat dalam hubungannya dengan pengumpulan bahan-bahan mentah,
pemrosesan bahan-bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja, penyimpanan,
pakaian, perumahan, alat transportasi dan kebutuhan lain yang berupa benda
material. Unsur teknologi yang paling menonjol adalah kebudayaan fisik yang
meliputi, alat-alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan
perhiasan, tempat berlindung dan perumahan serta alat-alat transportasi.
Ini merupakan segala usaha manusia untuk mendapatkan barang
dan jasa yang dibutuhkan. Sistem ekonomi ini meliputi, berburu dan mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.
Perpaduan
antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal suci dan
tidak terjangkau oleh akal. Sistem ini meliputi, sistem kepercayaan, sistem
nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan.
Kesenian
dapat dimaknai sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan. Bentuk
keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari imajinasi kreatif yang dapat
memberikan kepuasan batin bagi manusia. Pemetaan bentuk kesenian dapat terbagi
menjadi tiga garis besar, yaitu; seni rupa, seni suara dan seni tari
Unsur Kebudayaan Suku Baduy
Budaya
Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda.
Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun.
Pada umumnya karakter masyarakat Sunda adalah periang, ramah-tamah (soméah),
murah senyum, lemah-lembut, dan sangat menghormati orang tua.
Itulah cermin budaya masyarakat Sunda.
Ada
satu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di
wilayah Kabupaten Lebak, Banten yaitu
Baduy. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan
salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu
mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk
difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.
Tentunya
dengan adanya kelompok masyarakat adat tersebut, yang merupakan sub-etnis
Sunda, tentu mereka pun memiliki tujuh unsur kebudayaan Sunda di dalamnya.
1.
Sistem Peralatan dan Teknologi
Peralatan dan Teknologi masyarakat Baduy
berpusat pada daur pertanian yang diolah menggunakan peralatan yang masih
sangat sederhana dalam adat Baduy terutama Baduy dalam masyarakat tidak boleh
menggunakan peralatan yang modern, mereka mengandalkan peralatan yang masih
sangat primitif seperti bedog, kampak, cangkul, dll.
Masyarakat Baduy tidak boleh menggunakan
peralatan dari luar, salah satu contoh sarana yang mereka buat tanpa bantuan
dari peralatan luar adalah bambu, jembatan ini dibuat dengan tidak menggunakan
paku untuk mengikat batang bambu menggunakan ijuk, dan untuk menopang pondasi
jembatan menggunakan pohon-pohon yang tumbuh ditepi sungai.
2.
Bahasa
Dalam berkomunikasi sehari-hari,
masyarakat Baduy menggunakan Bahasa Sunda dialek Sunda-Banten. Bahasa Sunda
asli ‘buhun’ yang tidak terpengaruh oleh budaya luar seperti undak-usuk basa,
masih tetap digunakan atau dipraktekkan sehari-hari oleh masyarakat Baduy Dalam
dan Baduy Luar.
Sementara itu dalam berkomunikasi dengan masyarakat
luar Baduy, mereka dapat menggunakan Bahasa Indonesia, artinya mereka bisa
menyesuaikan dengan situasi atau keadaan tergantung dari lawan berbicaranya,
meskipun Bahasa Indonesia ini tidak mereka dapatkan dalam pendidikan formal.
Mereka juga sudah terbiasa berinteraksi dengan pengunjung. Bahkan mereka sering
menjadi penunjuk jalan atau pengangkut barang.
Tradisi lisan merupakan suatu tradisi yang
masih kuat dirasakan terutama pada masyarakat Baduy Dalam, mereka (Kanekes)
hanya menyimpan dan menyampaikan cerita nenek moyang, adat istiadat, dan
kepercayaan atau agama melalui lisan secara turun temurun dari satu generasi
kepada generasi selanjutnya, artinya arsip atau sumber tertulis bisa dikatakan
minim atau bahkan tidak ada.
3.
Mata Pencaharian
Mata pencarian masyarakat Baduy yang
paling utama adalah bercocok tanam padi huma dan berkebun serta membuat
kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian
kecil telah mengenal berdagang.
Orang Baduy tak saja mandiri dalam
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka tak membeli beras, tapi
menanam sendiri. Mereka tak membeli baju, tapi menenun kain sendiri.. Kayu
sebagai bahan pembuat rumah pun mereka tebang di hutan mereka, yang keutuhan
dan kelestariannya tetap terjaga.
Dalam bercocok tanam, mereka tak
menggunakan pupuk buatan pabrik. Mereka juga membangun dan memenuhi sendiri
kebutuhan untuk pembangunan insfrasuktur seperti jalan desa, lumbung padi, dan
sebagainya.
Orang Baduy menjual hasil pertaniannya dan
buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang
tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar
wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.
4.
Organisasi Sosial
a.
Kelompok Kekerabatan
Orang Baduy mengelompok menurut asal
keturunan tangtu, yaitu keluarga luar yang tinggal dalam satu kampung. Ada tiga
kelompok kekerabatan dalam kesatuan Orang tangtu, yaitu tangtu Cikeusik, tangtu
Cikartawana dan tangtu Cibeo. Adapun hierarki kekerabatan itu sesuai dengan
urutan Cikeusik, Cikartawana dan Cibeo.
b.
Kelompok Teritorial
Pada awal pertumbuhannya sebuah kampung
Orang Baduy yang disebut babakan dapat dianggap sebagai kelompok teritorial
terkecil yang terdiri dari dua atau tiga buah rumah dan dihuni oleh keluarga
inti yang berkerabat batas antara satu rumah dengan lainnya, adalah tanah yang
diratakan lahan untuk Babakan tidak dibatasi dengan tegas karena lahan milik
bersama. Bentuk dan bahan rumah keluarga inti sama dengan kampung induknya, dan
paling sedikit memiliki 2 pintu yaitu depan dan belakang. Rumah dasar tidak
memiliki kamar, dan seluruh ruang rumah itu terdiri dari tiga kerangka, yaitu
rangka atap depan, rangka atap belakang, dan rangka atap panjang.
5.
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat Baduy adalah
Pikukuh yang artinya memegang teguh segala perangkat peraturan yang telah di
turunkan oleh leluhur. Kelompok masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak
mengenal tulisan segala yang berhubungan dengan peraturan hukum, adat istiadat,
kisah-kisah nenek moyang dan kepercayaan mereka diturunkan dan diwariskan
kepada anak cucu mereka. Dalam hal pengetahuan masyarakat Suku Baduy memiliki
sifat toleransi, tata krama, jiwa sosial, dan teknik bertani yang diwariskan
oleh para leluhurnya.
Dalam pendidikan modern masyarakat Baduy
masih tertinggal jauh, namun mereka belajar secara otodidak, jadi masyarakat
Baduy sebetulnya sangat informasional dan mengetahui informasi. Hal ini
ditunjang kegemaran sebagai orangwarayan atau disebut dengan pengembara. Ada
beberapa kemungkinan bahwa masyarakat Baduy telah lama banyak digantikan dengan
budaya baru, hal itu menandakan sebetulnya budaya sangat relatif dan adatif di
kalangan masyarakat Suku Baduy.
6.
Kesenian
Untuk kesenian sendiri dari alat musik,
masyarakat Baduy memiliki Angklung Buhun. Buhun sendiri mempunyai arti tua atau
kuno. Hal ini mengindikasikan bahwa kemunculan dari Angklung Buhun sendiri
hampir bersamaan dengan kemunculan masyarakat Baduy. Secara spesifik tidak
terdapat perbedaan yang terlalu mencolok dari Angklung Buhun terhadap angklung
secara umum yang dikenal, hanya yang membedakan pada pernak-pernik saja. Namun
masyarakat Baduy sangat menjaga dan juga menggunakan atau mengaplikasikan
penggunaan Angklung Buhun dalam upaya penerapan atau pelaksanaan upacara adat
mereka. Hal ini juga yang menjadikan Angklung Buhun menjadi ciri khas atau
identitas kesenian dari Baduy yang tidak dijumpai ditempat lain sebagai penguat
dari bagian kebudayaan mereka.
7.
Religi
Penduduk Baduy menganut agama khusus yang
disebut Sunda Wiwitan atau Sunda Asli. Menurut krusemen (garna 1987), agama
Sunda Wiwitan itu pada prinsipnya adalah agama Budha yang dipengaruhi oleh
Hindu dan Islam. Agama Sunda Wiwitan juga disebut agama Islam Sunda atau agama Adam,
mereka mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang mereka sebut "Batara
Tunggal" dan mereka juga mengakui adanya Nabi Adam, Nabi Muhammad SAW dan
syahadat seperti dalam ajaran Islam. Tetapi mereka tidak melaksanakan ibadah
agamanya dengan apa yang orang Islam lakukan. Kepercayaan mereka terhadap Islam
masih dicampur dengan kepercayaan dan adat istiadat yang kuat.
Dalam melaksanakan ibadahnya, orang Baduy
dibuktikan dengan membuka ladang atau bercocok tanam. Bercocok tanam merupakan
suatu keharusan bagi mereka dan harus dijalankan, maka jika ada diantara mereka
yang tidak melaksanakan perintah agama disebut juga orang yang tidak beragama
dan agama mereka juga mengajarkan bahwa manusia di dunia ini tidak boleh
mencari kesenangan yang berlebih-lebihan dan harus merasa cukup dengan apa yang
telah diperolehnya. Berdasarkan agama mereka, mereka harus menjalankan 3 hari
dalam satu tahun yang disebut 'Kawalu" yang terdiri atas puasa kawalu
kahaji, kawalu kadua dan kawalu tutug.